Jurnal visit WatchdoC

Hari kamis minggu lalu, aku dan teman-teman redaksi OASE media berkunjung ke WatchdoC Documentary Maker di Jatiwaringin, Pondok Gede. Aku pergi kesana bersama ibuku, yang juga salah satu mentor di OASE media. 3 hari sebelumnya kami diwajibkan menonton salah satu film dokumenter mereka yang berjudul Belakang Hotel, yang menceritakan kesulitan warga Jogjakarta mendapatkan air dari sumur rumah mereka akibat adanya hotel-hotel yang dibangun di dekat pemukinan sehingga warga harus mengambil air dari tempat lain (seperti hotel atau pasar) untuk kebutuhan minum dan mandi. Setelah aku melihat film itu, aku jadi merasa bersalah ketika mandi terlalu lama dan membiarkan air keran menyala saat tidak digunakan.

Di depan kami ada papan tulis yang disorot projektor yang menampilkan film-film WatchdoC di YouTube. Di depan ada kak Dandhy dan kak Ari memutar salah satu video mereka dan menjelaskan sedikit tentang WatchdoC. 
Sambil menonton, kami juga diceritakan apa saja yang mereka lakukan saat membuat film dokumenter. 
Hal yang paling penting dalam pembuatan film dokumenter adalah riset, kata kak Dandhy “periset yang baik adalah pembaca yang baik” mereka menyimpan banyak buku yang dipakai untuk riset.

Kak Ari juga cerita bagaimana biasanya mereka mewawancarai narasumber. “Kalau lagi wawancara, jangan hanya tanyakan pertanyaan yang ada di daftar. Kalau kalian punya 5 pertanyaan, usahakan tanyakan 10-15. Kalau hanya tanya yang ada di daftar, itu namanya tanya-jawab, bukan wawancara”. 

“Supaya narasumber yakin dan gak bingung sama kita, jelaskan tujuan dan beri tahu angle mana saja yang diambil. Kalau bisa, kasih contoh satu projek video sebelumnya, biar dia mengerti harus jawab seperti apa” kata kak Dandhy. 

Setelah film jadi biasanya dilakukan screening untuk mencari tahu apakah ada keberatan dari nara sumber.
“Biasanya kita tanya dulu ke orangnya, shotnya boleh dipakai atau tidak? Karena waktu itu sempat ada yang menelpon kami bahwa dia nggak mau video rekamannya digunakan”

Kami diajak masuk ruang editor yang ada di belakang kami. Ada ratusan hard disk yang tersusun rapih di rak, masing-masing diberi label yang belakangnya ‘A’ atau ‘B’. Mereka menyimpan folder-folder mereka kedalam 2 hard disk, yang satunya dipakai untuk cadangan kalau hard disk yang pertama bermasalah. 

Di salah satu meja ada komputer yang menyala yang memperlihatkan list stock shot, isinya ada tanggal pengambilan shot, nama camera man-nya, dan nama hard disk-nya. Ada juga list audio dan stock shot untuk diedit yang dicetak di lembar kertas. Kakaknya menunjukkan kami tempat mereka membuat animasi/motion graphic yang letaknya di sudut ruangan.  Di layar komputer terlihat sebuah peta daratan yang berganti warna. Mereka membuatnya di Adobe After Effects. 

Setelah cukup lama melihat-lihat ruangan editor, kami pamit ke kakak-kakak WatchdoC dan makan siang di restoran Bebek Slamet.

Ini beberapa catatanku:

  1. Riset sangat penting dalam pembuatan film dokumenter.
  2. Cara meminta izin saat meliput/wawancara seseorang:
  • menjelaskan tujuan dan beri tahu angle mana saja yang diambil.
  • Kasih contoh projek video sebelumnya.

  1. Cari banyak narasumber untuk mendapatkan data yang beragam.
  2. Wawancara narasumber sampai dia merasa nyaman. Ajak ngobrol santai. Jangan sekekedar tanya jawab.
  3. Jika narasumber bicaranya kurang banyak/tidak jelas, disarankan pakai dubbing/voiceover.
  4. Kalau narasumber cukup banyak dan jelas bicaranya, tidak perlu menggunakan voiceover.
  5. Tanya ke narasumber apakah shot yang telah direkam boleh digunakan atau tidak. 
  6. Bikin list untuk stock shot; siapa cameraman-nya, tanggal, di harddisk mana disimpannya.
  7. Ambil shot video dari segala arah agar film tidak membosankan. 
  8. Kalau bekerja dengan tim, harus ada list untuk audio dan stockshot.
  9. Biasanya kalau shooting di berbagai tempat, jenis dan setting kamera disamakan.
  10. Saat mengedit, diusahakan tidak pakai color grading (atau ne-natural mungkin).
  11. 1 editor mengerjakan 1 projek, karena apabila dikerjakan bareng-bareng jadi repot.
  12. Boleh menggunakan sensor (di scene wawancara atau shot yang menyangkut privasi orang lain).
  13. Simpan folder-folder dalam hard disk dan hard disk cadangan. Agar bisa buka folder ketika hard disk pertama bermasalah.
  14. Tambahkan topik yang sedang ‘ngetrend’ dalam video, supaya menarik orang-orang untuk menonton.

Komentar

Postingan Populer